TNI Baru saja melaksanakan upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) TNI ke-70 yang puncaknya dilakukan di Banten. Tidak tanggung-tanggung, sekitar 155 Pesawat TNI AU diterjunkan dalam upacara tersebut.
Lebih
lanjut, apakah Anda pernah bertanya-tanya pesawat tempur paling canggih
apa saja yang sudah dimiliki Indonesia hingga tahun 2015 ini? Ini dia
jawabannya!
1. T-50i Golden Eagle
Pesawat
buatan Korea Aerospace Industry (KAI) ini sangat mirip dengan F-16
Fighting Falcon. Pesawat yang dibeli tahun 2014 ini memang kerap dipakai
sebagai pesawat latih sebelum menggunakan F-16.
Pesawat ini
mampu terbang dengan kecepatan 1.600 km per jam. Sosoknya terlihat
ramping dengan spesifikasi panjang 43 kaki, lebar sayap 31 dan tinggi 16
kaki. T-50i juga mampu mengusung persenjataan seberat 10.500 pound.
Termasuk gatling gun tiga laras yang bisa menyemburkan 2.000 peluru per
menit serta aneka rudal dan roket.
Kecanggihan
T-50i semakin lengkap dengan keberadaan sistem avionik digital dan
Radar Warning Recievers (RWR). Dua teknologi itu memungkinkan T-50i
untuk mendeteksi kedatangan musuh dari segala arah.
T-50i versi
pesawat latih dicat biru terang dengan strip berwarna kuning. Sementara
versi tempur, dicat hijau dan abu-abu seperti F-16 block 52 ID yang
didapat dari AS.
2. F-16 Block 52
Indonesia
tahun ini akhirnya mengupgrade lini F-16 Block 15 dengan F-16 Block
52ID. Meski dari segi luar nampak sama, namun F-16 Block 52 dapat
membawa senjata lebih banyak, mempunyaidaya dorong lebih besar, dan
terbang lebih jauh.
Soal
teknologi navigasi, F-16 Block 52 menggunakan navigation dan targeting
pod untuk operasi malam hari serta misi Supression Of Enemy Air Defence
(SEAD). Tidak ketinggalan, terdapat Improved Data Modem memungkinkan
penerbang melakukan komunikasi tanpa suara hanya menggunakan komunikasi
data dengan pesawat lain dan radar darat, radar laut atau radar terbang.
Sistem
persenjataan pesawat ini juga cukup lengkap. F-16 Block 52 memiliki
rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder P-4/L/M dan IRIS-T (NATO) serta
rudal jarak sedang AIM-120 AMRAAM-C. Pesawat ini juga dibekali dengan
persenjataan kanon 20 mm, bomb standar MK 81/82/83/84, Laser Guided
Bomb, JDAM (GPS Bomb), rudal AGM-65 Maverick, rudal AGM-84 Harpoon (anti
kapal), rudal AGM-88 HARM (anti radar).
3. Sukhoi Su-30MK/MK2
Versi
terbaru pesawat buatan Rusia yang dikembangkan sejak tahun 1996 ini
memiliki daya jelajah hingga 5400 kilometer. Beragam teknologi hebat
juga menghiasinya, seperti Instrumen avionik di kokpit berupa layar kaca
MLD (Multifunction Liquid-crystal Display) dan HUD (Head Up Display).
Sistem
navigasi Su-30MK/MK2 juga sudah terintegrasi dengan sistem satelit
Glonass dan Navstar demikian juga dengan RWR (Radar Warning Receiver)
yang berfungsi mengendalikan tembakan rudal anti radiasi KH-31P.
Penggunaan IRST (Infrared Search and Track Device) yang mampu
menembakkan rudal laser beam riding sudah tersedia di Sukhoi Su-27 SKM.
Su-30 MK2 mampu mendeteksi, mengunci dan menyerang sasaran 360 derajat
dengan segala cuaca.
Pesawat ini juga bisa membawa sampai 12
jenis senjata mulai dari rudal udara ke udara, rudal udara ke darat,
roket dan bom nuklir.
4. Sukhoi Su-35
September
lalu, Indonesia memutuskan untuk membeli satu skuadron jet tempur
Sukhoi Su-35 yang berisi 16 pesawat. Pesawat buatan Rusia yang merupakan
pengembangan Sukhoi Su-27 ini bahkan diklaim sebagai yang tercanggih di
dunia saat ini. Namun, baru tahun depan pesawat ini baru dikirimkan ke
tanah air.
Pesawat Su-35 disebut sebagai pesawat siluman, karena
dapat menghilang di radar saat melakukan pengubahan kecepatan secara
acak untuk mengacau radar musuh. Bahkan, pesawat ini mempunyai teknologi
jamming untuk mengurangi kemampuan radar musuh. Perangkat elektronik
aviasi yang ada di pesawat ini adalah Radar IRBIS dan radar pendeteksi
sasaran - 400 kilometer.
Yang
lebih mencengangkan, Su-35 dikatakan bisa menandingi F-22 Raptor yang
notabene pesawat jet siluman generasi ke-5 milik Amerika.
Su-35
sendiri memiliki kecepatan setara dengan 1,5 Mach atau dua kali
kecepatan suara. Berdasarkan spesifikasi teknis dari Sukhoi, Su-35 mampu
menjangkau 3600 kilometer tanpa tangki bahan bakar tambahan.
Di
sektor persenjataan, Su-35 bisa membawa senapan Gryazev-Shipunov
GSH-30-1 30mm, dan berbagai macam jenis misil seperti bom cerdas (hingga
aliber 1500kg), misil anti kapal, sampai misil air-to-air (hingga jarak
200 km). (Merdeka)
Kementerian
Pertahanan menyatakan Indonesia membutuhkan pasukan cadangan yang akan
membantu militer untuk menjaga pertahanan nasional dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Pasukan
cadangan tersebut bukan wajib militer yang diberlakukan negara dalam
kondisi damai, namun menampung kesadaran masyarakat yang selama ini
aktif dalam bela negara," kata Dirkomcad Brigjen TNI Iskandar M Munir di
sela-sela konsultasi publik terkait Rancangan Undang-Undang (RUU)
Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara di ruang sidang Balai Kota
Malang, Selasa (6/10/2015).
Selain itu, lanjutnya, yang mendasari
kebutuhan pasukan cadangan tersebut, karena jumlah personel TNI di
Tanah Air kurang. Jumlah TNI yang tidak sebanding dengan jumlah warga
membuat Indonesia menjadi negara yang rawan dan dianggap lemah. Sebab,
sampai saat ini Indonesia masih belum memiliki kekuatan besar dalam
pertahanan dan keamanan negara.
Sementara itu
intervensi dari negara luar sangat mengganggu, sehingga dibutuhkan
pasukan cadangan. "Semoga dengan adanya kegiatan konsultasi publik ini,
seluruh warga Indonesia mampu menggunakan hak dan kewajiban dalam
membela negaranya dengan baik," ujarnya.
Ia mengatakan RUU
tersebut jika sudah disahkan menjadi UU, keberadaannya sangat penting
karena berkaitan dengan model pertahanan nasional di tengah gangguan
negara asing atas kedaulatan Indonesia. Aturan itu nantinya bakal
menetapkan sumber nasional pertahanan, termasuk tenaga komponen cadangan
yang akan membantu militer.
Dalam RUU yang sedang digodok di DPR
RI itu disebutkan pria berusia minimal 18 tahun bisa mendaftarkan diri
sebagai tenaga cadangan dan akan dilatih militer selama dua bulan.
"Setelah itu akan dilepaskan ke masyarakat," ucapnya.
Konsultasi
publik tersebut dihadiri sekitar 100 peserta yang terdiri dari
Organisasi Masyarakat (Ormas, satuan kerja perangkat daerah (SKPD),
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), Kepolisian, TNI, PKK
dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Sementara itu, Wali Kota
Malang Moch Anton dalam sambutannya yang dibacakan Wakil Wali Kota
Malang Sutiaji mengatakan pertahanan negara menjadi hak dan kewajiban
semua warga negara. Untuk membangun ketahanan yang melingkupi aspek
politik, ekonomi, sosial dan budaya, sinergitas antara eksekutif,
legislatif, TNI, Polri, akademisi, tokoh agama, dan tokoh masyarakat
menjadi salah satu faktor penting bagi terbangunnya ketahanan wilayah
maupun ketahanan nasional.
Menurut dia, pertahanan negara harus
memperhatikan dan mengantisipasi hal-hal yang mampu melemahkan bangsa,
seperti perkembangan teknologi informasi yang menghadirkan media sosial
yang saat ini menjadi sarana mengeluarkan pernyataan saling menyalahkan,
saling menghujat dan tidak jarang mengabaikan etika dalam bertutur
bahasa.
"Saya berharap kegiatan ini Kota Malang mampu
menyumbangkan beberapa pemikiran strategis serta konstruktif bagi
tersusunnya RUU ini, sehingga dapat memperkokoh kekuatan pertahanan
negara Indonesia serta seluruh warga negara kembali kepada budaya
nusantara yang ber-adi luhung," kata Anton. (Kompas)
Rusia Bangga Lihat Kemampuan Pilot Pesawat Tempur TNI
Duta
Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Mikhail Y Galuzin mengaku kagum
dengan kemampuan pilot TNI Angkatan Udara saat menerbangkan jet tempur
Su-27 dan Su-30 pada demonstrasi HUT ke-70 TNI, Senin (5/10/2015).
"Saya
sangat bangga melihat kehebatan performa para pilot saat melakukan
teknik pengeboman yang sangat baik dengan jet tempur itu," ujar Mikhail
saat ditemui dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Selain
kagum dengan penampilan pilot jet tempur buatan Sukhoi (Rusia)
tersebut, ia juga terkesan dengan hadirnya tank amfibi BMP-3F dalam
acara demonstrasi yang berlangsung di Pantai Indah Kiat, Cilegon,
Banten, tersebut.
Menurut dia, hubungan diplomatis kedua negara
yang terjalin dengan baik bisa terlihat melalui hal tersebut. Baik
Indonesia maupun Rusia, ucapnya, sama-sama menjadi pihak yang
diuntungkan.
Sebelumnya, TNI
melakukan unjuk kekuatan tiga matra dalam memperingati hari ulang tahun
(HUT) ke-70 di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, 5 Oktober 2015,
dengan mengerahkan pasukan, kendaraan tempur, pesawat tempur, dan kapal
perang.
Dua pesawat tempur milik TNI Angkatan Udara, Sukhoi 27
dan Sukhoi 30, melakukan pertempuran udara jarak dekat atau dogfight
dalam demonstrasi udara itu.
Dalam skenario demonstrasi, dua pesawat tempur buatan Rusia itu melakukan pertempuran udara dengan pesawat musuh (pesawat F-16).
Para
penerbang jet tempur Sukhoi dapat mengambil alih kendali pertempuran
yang akhirnya pesawat musuh berbalik terancam setelah pesawat Sukhoi
melakukan manuver "High G Barrel", berputar ke atas dengan gaya G yang
besar berpindah cepat ke belakang musuh.
Upacara peringatan HUT
ke-70 TNI yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo itu juga menampilkan
demo tempur laut berbagai aksi peperangan, penembakan, serbuan tank,
terjun tempur, serta sailing pass dengan formasi tempur. (Kompas)
Perusahaan
industri pertahanan Amerika Serikat, Lockheed Martin (LM) menawarkan
jenis pesawat tempur F-16 terbaru. F-16 Viper ditawarkan untuk
memperkuat jajaran TNI AU.
Untuk memperkuat jajaran
pertahanan udara Indonesia, LM datang menawarkan varian F-16 termutahir
mereka. Yakni F-16 Viper yang memiliki keunggulan pada radarnya.
"Kami
menawarkan kemampuan baru Scalable Agile Beam Radar (SABR)," ujar
Director Business Development F-16 Lockheed Martin Randy Howard dalam
temu media di Ballroom Grand Hyatt, Jakpus, Rabu (7/9/2015).
Kelebihan
Viper juga ada pada peningkatan mission computer pesawat, vehicle
system, struktur pesawat, kokpit dan sistem peperangan elektronik
(electronic warfare system) di banding blok F-16 sebelumnya. F-16V ini
disebut sebagai generasi selanjutnya dari F-16 yang memanfaatkan
infrastruktur berkesinambungan di dunia.
LM sendiri
menyatakan, Viper merupakan konfigurasi generasi terbaru F-16 yang dapat
memberikan peningkatan kemampuan siginifikan pada pesawat tempur
multiperan yang paling terjangkau dan efektif di dunia ini. Termasuk
konfigurasi avionik.
"Jika Indonesia sepakat (membeli Viper),
maka Indonesia adalah negara pertama yang memiliki teknologi paling
mutakhir F-16," kata Randy.
Radar yang menjadi jawara pada Viper
adalah radar AESA (active electronically scanned array) yang dapat
mempertahankan lebih dari 20 target musuh. Radar ini setipe dengan radar
yang digunakan di pesawar siluman F-35 hanya saja beda versi. Jenis
radar Viper sedikit lebih canggih dan memiliki kemampuan untuk membidik 3
sasaran baik di darat, udara, dan laut.
"Keuntungan yang didapat
Indonesia jika memiliki pesawat kami ini adalah biaya operasional yang
lebih murah dibanding pesaing dan juga mudah dalam perawatan," Randy
menjelaskan.
Meski belum menjelaskan lebih detil tentang transfer
of technology dalam paket penjualannya, LM menyatakan akan menyesuaikan
pesanan sesuai dengan apa yang diminta Indonesia. Termasuk dengan
pendampingan bagi pilot, perawatan, dan lainnya.
Lalu berapa harga satu unit jenis pesawat Viper ini?
"Kami belum bisa menyebutkan. Tapi yang jelas di bawah 100 Juta USD," jawab Randy.
Selain
untuk mengisi skadron baru yang rencananya akan dibentuk TNI AU, LM
menawarkan Viper kepada Indonesia juga untuk menggantikan pesawat F-5
Tiger yang akan segera pensiun. Meski Kemhan sudah memutuskan memilih
Sukhoi jenis SU-35 sebagai pengganti Tiger, LM masih optimis.
"Setahu
saya itu mereka (Kemhan) masih mempertimbangkan (memilih Sukhoi)," ucap
Director International Business Development (IDB) Asia Pacific Lockheed
Martin, Robie Notestine di lokasi yang sama.
"F-5 usianya sudah
sangat tua. Akan lebih mahal jika Indonesia terus mempertahankannya.
Biaya perawatannya akan lebih mahal. Kami merekomendasikan pakai pesawat
baru," sambungnya.
Indonesia sendiri sebenarnya telah
memiliki pesawat tempur F-16 jenis A/B yang dibeli sejak tahun 1980-an.
Ditambah hibah pesawat F-16 C/D dari Amerika Serikat, saat ini TNI AU
telah memiliki belasan F-16 yang tersebar di Skadron 16 Pekanbaru dan
Skadron 3 Madiun.
Hibah dari AS untuk jenis pesawat F-16
diberikan gratis, namun Indonesia mengupgadenya menjadi blok 52. Pesawat
hibah tersebut disetarakan dengan seperti standar F-16 yang digunakan
US Air Force saat ini. Dari 24 pesawat hibah, 9 sudah dikirimkan ke
Indonesia namun 1 terbakar beberapa waktu lalu.
Sementara itu,
F-16 A/B dibeli 12 unit oleh Indonesia pada tahun 1980-an namun 2 di
antaranya jatuh. Untuk 10 pesawat tempur ini kini akan diupgade dan
sudah ada tanda tangan kontrak antara Indonesia dan AS. Program mid life
upgrade (MLU) tersebut akan segera digarap.
"Sudah tanda tangan kontrak 4 minggu lalu. Target selesai tahun 2017," terang Robie.
Dalam
acara ini juga turut dihadirkan simulator kokpit F-16 Viper dan tamu
undangan diperkenankan untuk mencobanya. Hadir pula dalam acara ini
Dubes AS untuk Indonesia, Robert O Blake.
"Kerjasama ini jika terwujud bisaa memperkuat hubungan Indonesia dan Amerika," tukas Blake.
Dengan
biaya operasional yang lebih murah, ini dapat menguntungkan bagi negara
yang memiliki budget pas-pasan seperti Indonesia. Terlebih karena
pilot-pilot TNI AU juga sudah terbiasa atau mengenal seluk beluk F-16. (Detik)
KRI Bung Tomo-357 yang dikomandani Kolonel Laut (P) Yayan Sofiyan tiba di dermaga 6 Port of Beirut, Lebanon pada hari Minggu (27/09/15) lalu dalam misi Pasukan Perdamaian Unifil (United Nations Interim Forces in Lebanon).
Bunyi
letupan senjata laras panjang dan pendek terdengar dari arah darat saat
memasuki dermaga. Kepada Jurnal Maritim, Kolonel Laut (P) Yayan Sofiyan
selaku Dansatgas Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII-H/ UNIFIL (United
Nations Interim Forces in Lebanon) TA. 2015 menyampaikan hal tersebut
seolah-olah bukan sesuatu yang aneh terjadi di Kota Beirut Lebanon
mengingat kondisi konflik yang berkepanjangan di sana.
“Rangkaian
kegiatan serah terima Satuan Tugas Maritim TNI Kontingen Garuda dari
KRI Sultan Iskandar Muda-367 ke KRI Bung Tomo-357 ini dilaksanakan
selama dua hari untuk lebih memahami situasi yang berkembang maupun
implementasi tugas sebagai Pasukan Perdamaian dibawah kendali
Perserikatan Bangsa Bangsa (UN Peace Keeper),” ungkap Yayan.
Penyerahan tugas
dan tanggung jawab (take over authority) secara resmi dilaksanakan pada
tanggal 30 September 2015 lalu dalam bentuk Handover Ceremony. Handover
Ceremony dimulai pada pukul 10.00 Local Time di Dermaga 3 Beirut Port.
Bertindak selaku Inspektur Upacara yaitu MTF Commander Rear Admiral
Flavio Macedo Brasil dengan pasukan upacara terdiri dari peleton
Perwira, Bintara dan Tamtama kedua kapal serta dihadiri sejumlah tamu
undangan.
Hadir dalam upacara tersebut Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Lebanon, Achmad Chozin Khumaidy,
Commander in Chief of Lebanese Armed Forces (LAF)-Navy Rear Admiral
(RADM) Nazih Jbaily, Atase Pertahanan untuk Mesir dan Lebanon Kolonel
Marinir Ipung Purwadi, Komandan Kontingen Garuda Kolonel Inf Danni
Koswara, DMTFC-COS Kolonel Laut (P) Dato Rusman, para Komandan Satuan
Tugas Kontingen Garuda dan tamu undangan dari staf UNIFIL dan KBRI
Beirut.
Lebih lanjut, Yayan menambahkan kegiatan KRI Bung Tomo
357 keesokan harinya langsung menuju AMO (Area Maritime Operation) untuk
On Task perdananya dan langsung ditunjuk sebagai MIO (Maritime
Interdiction Operation) Commander yang membawahi seluruh kapal perang
yang tergabung dalam Task Force 448 Unifil Lebanon dari Bangladesh,
Jerman, Brazil dan Yunani.
“Tidak seperti biasanya, penyerahan
bendera PBB dilaksanakan di tengah laut dengan melaksanakan manouver RAS
(Replenishment At Sea-red) antara KRI Bung Tomo-357 dan KRI Sultan
Iskandar Muda-367,” sambungnya.
Kedua komandan KRI melaksanakan
serah terima tugas, wewenang dan tanggung jawab selaku Dansatgas Maritim
TNI Kontingen Garuda dari Wing Bridge masing-masing kapal mereka
disaksikan BNS Baroso dimana MTF Commander on board.
Sebelum
break away, kedua kapal bermanouver di kedua sisi BNS Baroso. Manouver
yang ditunjukkan kedua kapal dari Indonesia tersebut membuat kagum dan
keyakinan penuh yang tinggi atas profesionalisme yang ditunjukkan
Kontingen Garuda Indonesia.
“Tidak hanya itu saja, Commander in
Chief of Lebanese Armed Forces (LAF)-Navy Rear Admiral (RADM) Nazih
Jbaily menyatakan kekagumannya atas penampilan Satgas Maritim TNI saat
parade upacara dan kemampuan mempertahankan kebersihan serta kondisi
teknis kapal,” tuturnya.
Tugas perdana yang diemban oleh KRI Bung
Tomo-357 dibuktikan dengan kesiapan memimpin sejumlah kapal-kapal
Unifil dari sejumlah negara selaku MIO Commander. “Pelaksanaan
Short/Full Hilling terhadap sejumlah kontak dilaksanakan dengan baik di
AMO untuk meyakinkan tidak adanya penyelundupan senjata, bahan-bahan
berbahaya yang masuk/keluar kawasan Lebanon melalui AMO,” paparnya.
Pengamatan
aktivitas penerbangan di kawasan tersebut juga dilaksanakan oleh KRI
Bung Tomo-357 dengan terdeteksinya aktivitas penerbangan baik komersial
maupun non komersial. Penyelenggaraan latihan antar unsur MTF dan
pemberian pelatihan terhadap personel LAF Navy dapat terselenggara
dengan baik seolah-olah KRI Bung Tomo-357 sudah lama melaksanakan misi
tersebut.
“Tidak ada keraguan dan kesalahan yang dilaksanakan
dalam on task perdana tersebut. Seluruh kegiatan dilaksanakan dengan
standart tinggi dan perfect. Hal tersebut memang disiapkan sejak dini
dimulai pelaksanaan PDT (Pre Deployment Training), selama pelayaran dari
Indonesia – Lebanon seluruh referensi dan informasi pelaksanaan tugas
telah dipelajari sehingga dalam pelaksanaan tugas sudah tidak canggung
lagi,” pungkas Yayan. (JMOL)