Google Adsense

Tuesday, September 22, 2015

Seluruh Alutsista akan Dimunculkan di HUT TNI Ke 70


Jakarta – TNI akan merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-70 pada tanggal 5 Oktober mendatang. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjelaskan nantinya 5 ribu prajurit akan dilibatkan dalam perayaan kali ini. “Nanti melibatkan 5.720 personel,” ujar Gatot di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/9/2015).

Tidak hanya ribuan personel yang terlibat, Panglima mengatakan seluruh alat utama sistem senjata (alutsista) dari tiga matra, baik yang lama maupun yang baru dibeli juga akan ditampilkan dalam HUT Ke-70 TNI nanti.
“Nanti semuanya akan ditampikan,” ucap Jenderal Gatot.

Panglima TNI juga mengatakan ada yang berbeda dari pelaksanaan HUT Ke-70 TNI tahun ini, yakni akan menampilkan latihan pertempuran udara oleh TNI AU maupun TNI AL.

“Sesuai dengan apa yang menjadi kebijakan Presiden, Indonesia jadi poros maritim dunia. Untuk itu tidak ada alternatif lain kita harus punya keunggulan di udara dan di laut, makanya pada saat ulang tahun nanti demonstrasinya lebih ke Angkatan Udara dan Angkatan Laut, demonstrasinya pertempuran udara dan laut,” ucap Panglima.

Panglima mengatakan simulasi pertempuran di udara maupun di laut tersebut juga bisa disaksikan oleh masyarakat setempat. Nantinya Panglima mengatakan HUT TNI juga akan mengedakan pesta rakyat.

“Dalam kesempatan ini saya dan Kepala Staf angkatan mengundang seluruh masyarakat untuk hadir di sana, sekaligus juga sekalian pesta rakyat,” kata Gatot.

Sunday, September 20, 2015

Pengamat: pendidikan kebangsaan di perbatasan penting


Pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun mengatakan pendidikan kebangsaan penting untuk masyarakat di daerah perbatasan agar masyarakat mengetahui hubungan antarnegara dan memiliki kesadaran bahwa mereka berada di daerah terluar Tanah Air.

"Pendidikan kesadaran kebangsaan ini penting. Pemerintah harus menjadikan perbatasan sebagai orientasi kebijakan politik, ekonomi, dan sosial budaya," ujar Ubedilah dalam perbincangan dengan Antara di Jakarta, Kamis.



Menurut Direktur Pusat Studi Sosial Politik (Puspol) ini penguasaan pengetahuan kebangsaan oleh penduduk perbatasan bisa membantu pemerintah menjawab persoalan perbatasan yang masih terus diselesaikan.

Contoh persoalan yang ditemukan adalah percampuran penduduk di wilayah antara Indonesia dan Papua Nugini (PNG), di mana ada penduduk Indonesia di wilayah PNG dan sebaliknya.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan, percampuran penduduk ini yang membuat permasalahan perbatasan antara Indonesia-PNG menjadi unik.

"Mungkin sejarahnya sudah begitu saat penentuan perbatasan. Jadi, di PNG ada yang mengaku berkebangsaan Indonesia, berbahasa Indonesia dan mengibarkan bendera Merah Putih yang sudah dari dulu tinggal di sana, sebaliknya di wilayah Tanah Air juga ada warga PNG," kata Luhut.

Namun, Luhut menegaskan, permasalahan perbatasan antara Indonesia dan PNG akan diselesaikan dengan cara yang baik.

Di wilayah perbatasan Indonesia-PNG pula, pada Rabu (9/9) terjadi peristiwa penyanderaan dua warga negara Indonesia, Sudirman (28 tahun) dan Badar (30). Hingga saat ini, pembebasan keduanya masih dalam proses negosiasi.

Saat diculik, mereka sedang mencari kayu di Skopro, Distrik Arso Timur, Kabupaten Kerom, Provinsi Papua, yang ditempuh selama tiga jam berjalan kaki dari Kampung Skoutio, Provinsi Sandaun, Papua Nugini, tempat mereka ditahan oleh kelompok bersenjata.

Menurut Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Hinsa Siburian, kelompok tersebut beroperasi di bawah pimpinan seseorang berinisial JP.

Selain menyandera, kelompok tersebut juga menembak Kuba, rekan Sudirman dan Badar.  (Antara)

BENARKAH F-35 BUKAN TANDINGAN SUKHOI SU-27?

Lembaga National Security Network (NSN) yang berbasis di AS merilis laporan yang mengonfirmasi bahwa pesawat tempur siluman F-35 bukan tandingan pesawat Rusia seri Su-27, atau bahkan seri yang lebih lama, MiG-29.


Pesawat siluman Amerika F-35 Lightning II mungkin hanya akan menjadi sasaran empuk pesawat Sukhoi Rusia, demikian disampaikan laporan yang diliris Agustus lalu oleh National Security Network (NSN) yang berbasis di AS.

Dalam laporan ‘Thunder without Lightning: The High Costs and Limited Benefits of the F-35 Program’ (Guntur Tanpa Petir: Biaya Mahal dan dan Keuntungan Terbatas Program F-35), analis kebijakan Bill French dan peneliti Daniel Edgren menyebutkan F-35 sepertinya akan dengan mudah ‘dikalahkan’ dan ‘ditaklukan’ oleh jet tempur Rusia seri Su-27 Flanker.

Laporan tersebut mendukung pernyataan sejumlah pakar aviasi independen yang menyebutkan bahwa F-35 adalah pesawat yang benar-benar tak berguna, yang akan menjadi sasaran empuk pesawat musuh dalam pertempuran udara.

“Karakteristik kinerja F-35 sungguh buruk dibanding pesawat tempur generasi keempat dari negara lain seperti pesawat Rusia MiG-29 Fulcrum dan Su-27 Flanker misalnya,” terang laporan tersebut.

“Kedua pesawat itu merupakan musuh potensial F-35 dalam pertempuran udara. Dibanding Su-27 dan MiG-29, F-35 sangat inferior dalam beberapa hal, termasuk percepatan transonik. F-35 juga sangat lambat, hanya bisa mencapai kecepatan maksimum Mach 1,6 cukup jauh dibanding Su-27 (Mach 2,2) dan MiG-29 (Mach 2,3).
Simulasi pertempuran udara telah menunjukan hal tersebut. “Pada 2009, Angkatan Udara AS dan analis Lockheed Martin mengindikasikan bahwa kemampuan F-35 dalam mengalahkan musuh seperti MiG-29 yang sudah tua dan Su-27 ialah tiga banding satu.”

Hasil simulasi bahkan jauh lebih buruk. “Dalam satu simulasi yang dilakukan oleh RAND Corporation, F-35 memiliki rasio kekalahan 2,4 banding 1 jika berhadapan dengan pesawat SU-35s. Ini berarti, setiap Su-35 dapat mengalahkan lebih dari dua pesawat F-35.”

“Meski simulasi ini memperhitungkan sejumlah faktor lain, termasuk asumsi lokasi pertempuran, mereka tetap menggarisbawahi bahwa kemampuan udara-ke-udara F-35 perlu disikapi dengan skeptis.”

Next: Pertempuran Udara Jarak Jauh atau Dekat?
Laporan tersebut sesuai dengan filosofi pertempuran udara Rusia: pilot lebih suka melakukan pertempuran jarak dekat dibanding bergantung pada kemampuan jangkauan visual jarak jauh (beyond visual range/BVR) misil udara-ke-udara. “Untuk sukses dalam pertempuran udara, F-35 harus bisa mengalahkan musuh yang berada di jarak pandang (within-visual-range/WVR) seperti pertempuran udara jarak dekat,” kata laporan tersebut. Namun, F-35 tak terlalu andal melawan pesawat musuh dalam pertempuran jarak dekat, karena pertempuran tersebut membutuhkan kelincahan dan manuver.

Uji coba telah menunjukan buruknya kemampuan manuver pesawat tempur ini dibanding pesawat tempur generasi keempat milik Amerika yang akan ia gantikan, seprti F-16, F-15, dan F-18. “Data yang tersedia mengindikasikan kemampuan manuver F-35 jauh lebih rendah dibanding pesawat tempur asing. F-35 didesain untuk bertempur jarak jauh, sehingga kemampuan manuvernya seharusnya tak terlalu signifikan, namun sejarah menunjukan pertempuran udara selalu berlangsung di jarak dekat. Di luar preferensi perancang F-35 untuk pertempuran jarak jauh, menghindari pertempuran jarak dekat terbukti sulit.”

Militer India menyimpulkan hal tersebut setelah menjalankan latihan tempur udara dengan pilot AU Inggris di Waddington pada 2007.
Pilot Barat yang tak mengasah kemampuan tempur mereka akan mendapat kejutan tak menyenangkan saat berhadapan dengan pilot andal dari AU Rusia, India, atau Tiongkok.

Next: Misil yang Hilang
Menurut French dan Edgren, rencana Amerika untuk menggunakan F-35 sebagai platform tempur jarak jauh – yang dilengkapi misil BVR – bukan rencana yang baik, karena misil udara-ke-udara AS tak punya catatan baik dalam berperang. “Di masa Perang Dingin, persentase keberhasilan rudal jejalah memusnahkan musuh pada pertempuran jarak jauh ialah 6,6%. Persentase tertinggi diraih oleh Israel pada 1982 dalam Perang Lebanon, kesuksesan mereka mencapai 20%. Di era pasca-Perang Dingin, efektivitas misil BVR mengalami peningkatan. Sepanjang 2008, efektivitas rudal jelajah AS meningkat menjadi 46%, dengan menggunakan AIM-120AMRAAM (markas misil BVR AS). Namun, angka ini didapat dari sampel yang kecil, yakni hanya enam pertempuran”.

Laporan tersebut mengingatkan, AS tak bisa berharap angka tersebut akan meningkat saat menghadapi konflik melawan ‘kompetitor sebaya’ yang diperkirakan termasuk Rusia sendiri serta negara-negara yang memiliki pesawat tempur canggih dari Rusia. “Menurut analisis RAND, jejak rekam AIM-120 AS menunjukan mereka tak pernah berhasil menaklukan musuh yang memiliki rudal BVR yang sama; pilot yang jatuh tidak bisa melakukan perlawanan, dalam beberapa kasus mereka harus melarikan diri, tanpa manuver, atau dalam kondisi tak punya radar.”

Kondisi tersebut menunjukan AS tak bisa berharap mereka bisa lebih mudah menang melawan musuh yang tangguh dalam pertempuran jarak jauh. “Serangan elektronik jelas merupakan ancaman, menurunkan potensi pesawat AS menghancurkan musuh seperti pesawat tempur Rusia dan Tiongkok, yang saat ini memiliki teknik serangan elektronik balasan menggunakan gangguan memori frekuensi radio digital (digital radio frequency memory/DRFM). Serangan tersebut yang dikabarkan benar-benar menghambat efektivitas rudal jelajah.

“Kami, AS, belum memiliki metode yang cukup untuk melawan serangan elektronik selama bertahun-tahun,” demikian disampaikan pejabat senior di AU AS yang berpengalaman mengendalikan F-22 (pesawat tempur siluman AS yang paling mahal), pada The Daily Beast. “Jadi, meski kita memiliki kemampuan siluman, kita masih kesulitan mencari cara untuk melakukan serangan elektronik terhadap target seperti Rusia dan misil kami kesulitan mengalahkan mereka.”
Gangguan DRFM yang dimiliki pesawat Rusia dan Tiongkok dilaporkan ‘efektif mengingat sinyal radar yang masuk dan mengulangnya ke pengirim, menghambat kinerja radar secara serius. Lebih buruk lagi, gangguan tersebut bisa membutakan radar kecil yang dimiliki misil udara-ke-udara seperti Raytheon AIM-120 AMRAAM, yang merupakan senjata jarak jauh utama untuk semua pesawat tempur AS dan sebagian besar sekutu.’

Next: Akhir Permainan
Laporan itu menyimpulkan, “Meski rencana F-35 menggantikan sebagian besar pesawat tempur dan serang Amerika, platform ini terlalu mahal untuk melawan militer asing yang setara dengannya. Pesawat ini memiliki kekurangan dalam kemampuan manuver, besar muatan, kemampuan melakukan serangan mendadak, serta jangkauan untuk berkompetisi secara efektif dengan kompetitornya, padahal biaya operasional yang harus dikeluarkan sepanjang hidupnya mencapai 1,4 triliun dolar AS.

“Kemampuan bertahan pesawat sangat bergantung pada karakteristik siluman, namun hal itu berisiko karena dalam 50 tahun mendatang musuh akan meningkatkan sistem radar dan deteksi infra merah mereka, dan F-35 akan menjadi pesawat usang. Melihat faktor-faktor kegagalan yang sangat mendasar pada program F-35, dan mengingat harganya sangat mahal, pesawat ini merupakan sebuah investasi yang buruk. Realisasi program pembelian sekitar 2.500 unit pesawat – atau skala besar yang mendekati jumlah tersebut – harus dihindari.”

Penemuan lembaga tersebut meramalkan implikasi serius bagi pertahanan Amerika. “Dengan tetap mempertahankan program F35, Amerika menginvestasikan sumber dayanya untuk pesawat yang salah, di saat yang salah, untuk alasan yang salah,” terang laporan tersebut.

Jika AS tetap melanjutkan produksi skala penuh, yang dijadwalkan pada 2019, F-35 akan menjadi penemuan besar paling tak berguna dalam sejarah militer, membuat AS dan sekutu harus menghadapi berbagai risiko dan posisi berbahaya.

MENHAN AKAN TAMBAH ALUTSISTA BERUPA PENANGKIS UDARA UNTUK TNI-AU

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, pihaknya akan menambah alat utama sistem senjata (alutsista) baru berupa penangkis udara yang dipasang di runway di setiap Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara.

"Setiap runway Lanud harus ada alat penangkis udara. Ini sangat penting. Kalau tidak ada penangkis udara, maka akan bahaya karena bisa di bom negara lain," kata Menhan saat berkunjung untuk melihat pesawat Hawk 100/200 di Skuadron Udara 1 Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa.

Pembelian penangkis udara sudah masuk dalam rencana strategis (renstra) pada tahun 2015 ini. Selain membeli alat penangkis udara, Kementerian Pertahanan juga berencana akan memperpanjang runway Lanud Supadio dan memperluas parkir atau appron pesawat di Lanud tersebut. Namun, tidak akan menambah pesawat tempur yang sudah ada.

"Di Lanud ini sudah ada 18 unit pesawat tempur Hawk 100/200. Ini lebih dari satu skuadron dan lebih dari cukup untuk pengamanan udara NKRI. Ini sudah baik, tinggal peluru kendalinya saja yang perlu diperbaharui," kata Ryamizard.

Tak hanya membeli alat penangkis udara, Kemhan juga akan akan membangun 1.000 rumah dinas bagi personel TNI AU yang bertugas di Lanud Supadio, Pontianak dari total kebutuhan 1.841 unit rumah dinas.

"Paling tidak, 1.000 rumah dulu lah yang kita bangun dari kebutuhan 1.841 unit," katanya. Saat ini, kata dia, baru 471 rumah dari total kebutuhan rumah untuk prajurit TNI Angkatan Udara.

Danlanud Supadio Marsekal Pertama Tatang Haryansyah, memaparkan tentang kekurangan yang ada di Lanud Supadio, seperti parkir pesawat yang perlu diperluas dan runwaynya yang perlu diperpanjang.

"Saat ini, di Lanud Supadio hanya cukup memarkir empat pesawat Hercules. Idealnya, bisa 10 unit pesawat Hercules," kata Tatang. Selain itu, Tatang juga menjelaskan kekurangan bagi rumah-rumah dinas prajurit, yang saat ini baru 471 unit dari total kebutuhan sebanyak 1.841 unit rumah.

MILITER INDONESIA RANKING 12 SEDUNIA 2015



JAKARTA - Laman Globalfirepower (GFP) telah merilis peringkat negara-negara dengan militer terkuat di dunia. Indonesia menempati urutan ke-12, tepat di bawah Israel dan di atas Australia.

Urutan nomor satu masih diduduki Amerika Serikat, nomor dua Rusia, tiga China, empat India dan lima Inggris. Acuan peringat itu berdasarkan penilaian dari “Power Index”.

Dalam laporan yang dirilis secara online pada tanggal 9 September 2015 itu, disuguhkan urutan lengkap 125 negara dengan militer terkuat di dunia. Ketika diakses ulasan tentang Indonesia, laman itu menyediakan berbagai rincian kekuatan alutsista yang dimiliki negara ini.

Menurut laporan tersebut, ke-12 negara dengan militer terkuat di dunia adalah, 1. Amerika Serikat 2. Rusia 3. China 4. India 5. Inggris 6. Prancis 7 Korea Selatan 8. Jerman 9. Jepang 10. Turki 11. Israel 12. Indonesia.
Dengan urutan itu, militer Indonesia dianggap terkuat se-Asia Tenggara (ASEAN) dan di atas Australia. Sedangkan beberapa alutsista yang dimiliki Indonesia menurut laporan itu antara lain;

Tank: 468 unit
Kendaraan lapis baja Berjuang (AFVs): 1089 unit
SPGS: 37 unit
Artileri Derek: 80 unit
Sistem Multi-Peluncur Roket (MLRSs): 86 unit.
Total Pesawat: 405 unit
Pesawat pencegat: 30 unit
Pesawat Sayap Penyerang: 52 unit
Pesawat Transportasi : 187 unit
Pesawat Latih: 104 unit
Helikopter: 148 unit
Helikopter tempur: 5 unit.
Kapal Frigat: 6 unit
Kapal perusak: 0 unit
Corvette: 26 unit
Kapal selam: 2 unit
Coastal Defense Craft: 21 unit
Mine Warfare: 12 unit

TNI AL PESAN 11 HELIKOPTER DAN 6 KAPAL SELAM


Jakarta – TNI Angkatan Laut memperkuat armadanya secara bertahap. Selain membeli 11 helikopter jenis Panther untuk menghidupkan kembali Skuadron 100 pemburu kapal selam, mereka juga memesan enam kapal selam.

“Helikopter datang bertahap. Pada 2017 akan tiba empat unit dulu,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama M. Zainuddin kepada CNN Indonesia di sela The Indonesian Navy 2nd International Maritime Security Symposium di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (16/9).

Helikopter-helikopter tersebut nantinya menjadi bagian dari Skuadron 100. Kontrak pembelian kesebelas helikopter itu telah disepakati.
Saat seluruh helikopter telah tiba, maka Skuadron 100 akan diaktifkan. Skuadron tersebut dulu pernah eksis, namun terpaksa ‘tenggelam’ bersama peralatan yang menua.

“Saat itu kondisi alutsista (alat utama sistem pertahanan) sudah tua. Jadi memang perlu peremajaan dan sekaranglah saatnya,” ujar Zainuddin.
Inti Skuadron 100 ada pada helikopter antikapal selam. Di era keemasannya, skuadron itu menjadi pusat kekuatan TNI AL dalam menggelar berbagai operasi di laut. Konon Skuadron 100 amat disegani negara-negara maju.

Namun masa jaya itu harus berakhir dan Skuadron 100 terpaksa dilebur dengan skuadron lain karena minimnya alat operasional mereka.
Pada 2017 nanti, helikoter-helikopter antikapal selam itu akan berperan sebagai kepanjangan tangan kapal perang RI dalam operasi laut, yakni menjalankan fungsi target reporting unit. Artinya, helikopter-helikopter tersebut bakal menggali informasi mengenai target sasaran rudal yang dilepaskan kapal perang RI.
-Kapal selam bermisil

Selain helikopter antikapal selam, enam kapal selam telah dipesan TNI AL untuk memperkuat pengamanan bawah laut. Dari keenam kapal selam itu, tiga berjenis Chang Bogo-class dan tiga lagi berjenis Kilo-class.

Untuk jenis Kilo-Class, kapal selam ini bisa menembakkan misil dari dalam air ke luar perairan. Misil berjumlah tiga dalam sekali tembak. Namun belum bisa dipastikan kapan kapal selam Kilo-class itu akan tiba di tanah air.
Sementara untuk tiga kapal selam Chang Bogo-class buatan Korea Selatan, kemungkinan akan tiba berbarengan dengan helikopter Panther pada 2017. Jenis kapal selam ini memiliki dua peluncur rudal yang juga bisa menembak ke luar perairan.

ALUTSISTA TNI-AL BERDATANGAN KE PARIGI MOUTONG

Unsur-unsur TNI Angkatan Laut sebagai pendukung utama Sail Tomini 2015, sebagian telah tiba di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Puluhan Kapal Perang, Tank dan Kendaraan Tempur Amphibi Marinir, serta tak ketinggalan satuan elit TNI Angkatan Laut dari Detasemen Jalamangkara (Denjaka), Intai Amphibi (Taifib) Marinir, Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Penyelam sudah hadir dalam rangka acara Sail Tomini 2015.

Kedatangan unsur-unsur TNI Angkatan Laut ini tak pelak mengubah Kabupaten Parigi Moutong menjadi lebih ramai dan lebih semarak dari biasanya. Disamping wajah di sekitar lokasi acara yang sudah berbenah untuk menyambut hari-H acara puncak, juga karena hadirnya alutsista berupa kendaraan pendarat pasukan LVT-P7A1 dan Kendaraan Tempur Marinir BMP-3F di NPantai Kayu Bura menjadi perhatian yang cukup menarik warga untuk melihat dari dekat dan bahkan menaikinya.

Beberapa warga bahkan antusias bertanya kepada personel pengawak Kendaraan Tempur Marinir tersebut mengenai seluk beluk kendaraan, yang kemudian dijelaskan dengan baik oleh para prajurit Marinir yang bertugas. Di lokasi yang sama, tak jauh dari bibir pantai, KRI Dewaruci tampak dengan megahnya menjadi pusat perhatian masyarakat Parigi Moutong.

Bahkan Beberapa warga sangat antusias untuk mengambil foto selfie berlatar kapal latih legendaris milik TNI Angkatan Laut dang bangsa Indonesia yang tengah lego jangkar tepat di depan arena acara puncak Sail Tomini di Pantai Kayu Bura. Disamping itu, keberadaan Satgas-Satgas Sail Tomini 2015, seperti Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari (LNRPB) dan Pelayaran Lintas Nusantara (Pelantara) yang sudah sampai ke Parigi dengan KRI Teluk Bintuni-520 dan KRI Makassar-590 juga semakin meramaikan suasana Parigi dengan keterlibatan mereka sebagai salah satu pengisi acara puncak Sail Tomini 2015.

Sedangkan Satgas lainnya, yaitu Satgas Surya Bhaskara Jaya (SBJ) dengan KRI dr. Soeharso-990 sudah standby di Parigi dan bahkan masih memberikan bhakti sosial dan pelayanan kesehatan di Kecamatan Tinombo, sedangkan Satgas Bhakti Kesejahteraan Rakyat (Bhakesra) dengan KRI Banda Aceh-593 sedang dalam perjalanan ke Parigi dari Pulau Togean. Unsur-unsur TNI Angkatan Laut terus dioptimalkan untuk acara gladi bersih yang direncanakan dilaksanakan hari ini, Kamis (17/9).

Gladi bersih akan melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan pada acara puncak Sail Tomini 2015 pada tanggal 19 September 2015. Parade kapal-kapal perang dan sailing pass juga akan melibatkan kapal perang dari negara sahabat seperti Singapura, China, Australia, Malaysia, dan Korea Selatan.
Sail Tomini merupakan Sail Indonesia yang ketujuh. Sementara enam Sail Indonesia sebelumnya adalah Sail Bunaken 2009, Sail Banda 2010, Sail Wakatobi-Belitong 2011, Sail Morotai 2012, Sail Komodo 2013 dan Sail Raja Ampat 2014.

TNI KIRIM 140 PRAJURIT DAN HELI MI-17 KE AFRIKA


JAKARTA - TNI memberangkatkan 140 prajurit ke Mali, Afrika, untuk memperkuat pasukan penjaga perdamaian PBB. Sebanyak 121 prajurit AD dan 19 Prajurit AU yang tergabung dalam Satuan Tugas Helikopter (Satgas Heli) TNI Kontingen Garuda XXXVIII-A Minusma itu akan bertugas selama setahun.

Pemberangkatan 140 pasukan perdamaian Satgas Heli TNI ke Mali, Afrika, dipimpin oleh Kepala Staf Umum TNI Marsdya TNI Dede Rusamsi mewakili Panglima TNI, dalam suatu upacara militer di Plaza Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Kamis (17/09/2015).

Satuan tugas Helikopter MI-17 TNI yang ditugaskan untuk pemeliharaan perdamaian di Mali-Afrika tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2014 tentang Kontingen Garuda Satuan Tugas Helikopter MI-17 TNI pada Misi Pemeliharaan Perdamaian di Mali-Afrika.

Satgas Heli TNI Kontingen Garuda XXXVIII-A/Minusma dipimpin oleh Letkol Cpm Zulfirman Chaniago (Akmil 1996) selaku Komandan Satgas yang kesehariannya menjabat Komandan Skadron-12 Serbu, merupakan Satgas Heli pertama TNI.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam amanatnya yang dibacakan oleh Kasum TNI mengatakan bahwa, pengiriman Kontingen Garuda ke Mali tak lepas dari memburuknya situasi keamanan di Mali beberapa tahun terakhir. Mali telah dihadapkan dengan krisis yang mendalam dan serius di semua sektor kehidupan politik, keamanan, kohensi sosial rapuh, diskriminasi, dan perselisihan internal.
“Kondisi krisis tersebut telah mendorong PBB meminta partisipasi Indonesia untuk mengirimkan Satuan Tugas Heli TNI dalam misi perdamaian di Mali, yang dituangkan di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2014 dan telah diundangkan pada 6 Juli 2015 lalu,” kata Panglima.

Merujuk Resolusi Dewan Keamanan PBB 2164 tahun 2014, misi Satgas Heli TNI diarahkan untuk memperkuat tugas Minusma dalam memastikan keamanan, stabilitas dan perlindungan warga sipil, mendukung dialog politik nasional dan rekonsiliasi, serta membantu pembangunan kembali otoritas negara, pembangunan kembali sektor keamanan, dan promosi dan perlindungan Hak Asasi Manusia di Mali.

Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI menekankan kepada prajurit agar Satgas Minusma Mali dapat melaksanakan tugas secara profesional dan proporsional, sesuai aturan pelibatan yang telah ditetapkan oleh Komando Integrasi Minusma, khususnya yang terkait dengan tugas-tugas keamanan. “Pahami dan kuasai secara benar setiap aturan pelibatan dan prosedur tetap lainnya, guna menjamin setiap kegiatan dapat dipertanggungjawabkan dan guna mengeleminasi resiko yang akan mungkin timbul,” ujarnya.

“Cermati setiap perkembangan situasi di wilayah penugasan dan laksanakan analisa secara cerdas, untuk dapat mengambil keputusan secara cepat dan tepat, serta tingkatkan komunikasi dan koordinasi dengan satuan tugas negara lain, guna membangun satu kesatuan aksi dalam menangani permasalahan keamanan dan perkembangan situasi yang terjadi,” panglima menambahkan.

Panglima juga mengingatkan kepada prajurit untuk tetap menjaga kondisi kesehatan, kebugaran agar dapat bekerja secara profesional. “Laksanakan pemeliharaan pesawat serta perlengkapan sesuai prosedur yang berlaku, dan tidak boleh memaksakan pesawat serta personel di luar batas kemampuan dalam pelaksanaan tugas,” pesannya.

Diakhir amanatnya, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan untuk tetap memegang teguh Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI di tengah kehidupan prajurit internasional.

“Gunakan kepemimpinan dan komunikasi sosial dalam melaksanakan pembinaan teritorial terbatas di wilayah para prajurit bertugas, dengan memanfaatkan kearifan lokal setempat bagi kepentingan pelaksanaan tugas, karena langsung atau tidak langsung para prajurit akan mengemban civic mission,” pungkasnya.
Pemberangkatan 140 Prajurit TNI Satgas Heli TNI Kontingen Garuda XXXVIII-A/Minusma ke Mali-Afrika, dijadwalkan pada 18 September 2015 dan untuk Heli pada 23 September 2015 melalui Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta Timur.

PINDAD AKAN PAMERKAN PANSER ANOA AMFIBI DI HUT TNI 2015


Pindad akan memamerkan panser amfibi pada HUT TNI, Oktober mendatang, setelah sertifikasi panser selesai Juni 2015. Pengembangkan panser amfibi ini sebagai bagian dari upaya menjawab kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.

Pindad terus menyempurnakan varian terbaru pansernya, terutama kemampuan amfibi, pertimbangan kebutuhan, doktrin, kecepatan, keselamatan, dan pengoperasian.
Panser tetap berfungsi sebagai angkut personel. Hanya saja, panser bisa menembus rawa, sungai, dan danau sehingga memudahkan pergerakan pasukan.
Dalam ujicoba yang telah dilakukan panser amfibi ini lincah bergerak ke sana-mari. Panser sanggup maju dan mundur dan berkelok tajam. Panser memiliki water propeller sebagai penggerak di air.
Khusus infanteri, yang ditonjolkan adalah manuver dan tembakan. Infanteri dasarnya jalan kaki. Selama ini, paser Anoa hanya di darat. Dengan panser amfibi, daya gerak dan manuvernya Anoa menjadi luar biasa.

Indonesian National Medium Altitude Long Endurance UAV Project


Indonesia dan China, melalui BPPT/PT.DI/PT.LEN dan ALIT (China) bekerjasama dalam proyek UAV, yang kontraknya telah ditandatangani pada Maret 2011 lalu.

Pada bulan Februari 2015, ALIT dan PT. LEN menandatangani kontrak kerjasama untuk pengembangan UAV Wulung. Rincian kerjasama antar kedua lembaga, ditargetkan rampung di akhir tahun 2015, untuk selanjutnya masuk ke tahap implementasi.

Melalui UAV Wulung, Indonesia memiliki roadmap untuk mengembangkan UAV Medium Altitude Long Endurance (MALE). Pada bulan Mei 2015, ALIT China dan BPPT/PT.LEN/PT.DI telah menandatangani pengembangan UAV MALE, di bawah pengawasan Kementerian Pertahanan.

Dalam produksi bersama MALE ini, ALIT China akan memasok: teknologi, bantuan teknis dan peralatan untuk mencapai tujuan dari program tersebut.
Di luar itu, ALIT China siap mensuplai UAV Complete Built Up (CBU), untuk mendukung industri Indonesia dan memenuhi kebutuhan TNI AU.

TNI DAN ANGKATAN BERSENJATA THAILAND TINGKATKAN KERJASAMA.



Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Angkatan Bersenjata (AB) Kerajaan Thailand menggelar sidang ke-9 Thailand-Indonesia High Level Committee (Thainesia HLC) tahun 2015, di Thailand, Kamis (17/9).

Sidang itu merupakan forum pertemuan tahunan secara timbal-balik antara Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dengan counterpart-nya Genderal Worapong Sanganetra Chief Of Defence Forces RoyalThai Armed Forces (RTARF). Turut mendampingi Gatot, antara lain Dubes RI untuk Thailand Lutfi Rauf, Wakasad Letjen TNI M Erwin Syafitri, Wakasau Marsdya TNI Bagus Puruhito, Asintel Panglima TNI Mayjen TNI (Mar) Faridz Washington, Aspers Panglima TNI Laksda TNI Sugeng Darmawan, Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Yoedhi Swastanto, Koorsahli Kasal Laksda TNI Didik Wahyudi, Deputi Bidkoord Hanneg Kemenkopolhukam Laksda TNI Halomoan Sipahutar, dan Kapuskersin TNI Laksma TNI Suselo.

Dalam keterangan pers yang diterima SP, Jumat (18/9) malam menyebutkan sidang membahas tentang kerja sama bidang intelijen (Joint Intelligence Sub-Committee/JISC), bidang operasi dan latihan terkoordinasi (Joint Coordinated Operations and Exercises Sub-Committee/JCOESC) serta bidang pendidikan dan pelatihan (Joint Education and Training Sub-Committee/JETSC).

Sidang tahunan antara TNI dan RTARF dimulai sejak tahun 2007 di Chiangmai, Thailand. Pelaksanan sidang diharapkan akan memberikan manfaat banyak bagi peningkatan hubungan bilateral antara kedua negara, khususnya peningkatan dan perluasan kerja sama antara TNI dan RTARF.

“Situasi keamanan yang tidak kondusif di sejumlah kawasan merupakan peluang baik bagi kedua negara untuk segera melakukan kerja sama pelatihan bersama, sehingga mampu menciptakan interoperabilitas dalam upaya ikut serta mengatasi dan mengeliminir ancaman aksi teror,” kata Panglima TNI Gatot Nurmantyo.

RUSIA AJUKAN DIRI BANGUN GALANGAN KAPAL DI INDONESIA

Jakarta – Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia Mikhael Y Galuzin dalam pertemuannya dengan Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli, menjajaki kemungkinan kerja sama pembangunan galangan kapal di Indonesia.

Mikhael mengatakan, saat ini Rusia memiliki industri galangan kapal sangat maju termasuk untuk memperbaiki kapal ukuran kecil maupun sedang. Hal ini sekiranya dapat menjadi pertimbangan Indonesia untuk bekerja sama membangun industri galangan kapal di Tanah Air.?

“Saya rasa ini mungkin akan sangat menarik untuk Indonesia yang merupakan negara kepulauan,” katanya di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis (17/9/2015) lalu.
Terlebih, beberapa perusahaan galangan kapal Rusia yang beroperasi di Tatarstan, Rusia telah memperlihatkan kemampuan dan potensi mereka di Indonesia selama pameran Russian-Indonesia Business Forum.

“Saya rasa itu (pengalaman) sangat memungkinkan untuk (Indonesia-Rusia) bernegosiasi dan bergabung dalam memproduksi kapal ukuran kecil dan sedang di Indonesia,” pungkas dia.

TELAH BEBAS, 2 WNI MENGAKU DI SIKSA SAAT DISANDERA



JAYAPURA - Dua warga negara Indonesia (WNI), Sudirman dan Badar, telah bebas dari penyanderaan kelompok bersenjata. Mereka mengaku mendapatkan penyiksaan saat disandera di Papua Nugini.

"Badar mengaku disiksa oleh kelompok bersenjata tersebut. Sesekali dia dipukul menggunakan senjata dan disuruh telanjang," kata Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw kepada wartawan, Sabtu (19/9/2015).

Cerita itu diperoleh Paulus saat mengunjungi dua Badar dan Sudirman yang masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara, Jayapura, siang tadi. Paulus datang bersama Gubernur Papua Lukas Nembe, dan Danrem 172/Praja Wirayakti Kolonel Inf Sugiono. "Kedatangan hari ini khusus untuk melihat kondisi kedua WNI," kata Paulus.

Kepada para pemimpin daerah Papua, Sudirman dan Badar juga bertutur mengenai kronologi penyanderaan tersebut. Menurut mereka, penyanderaan itu berawal saat Sudirman, Badar, dan rekan seprofesi lainnya sedang memotong kayu di Kampung Skouwpro.

Tiba-tiba sekelompok orang datang dengan senjata dan panah. Sekelompok orang itu membawa Badar dan Sudirman ke wilayah Papua Nugini yang keberadaannya tidak jauh dari lokasi kerja mereka.

Namun kelompok bersenjata ke lokasi pemotongan kayu karena mendengar suara mesin gergaji. Kelompok bersenjata itu melakukan penembakan dan memanah rekan Sudirman dan Badar.

Selanjutnya, kelompok bersenjata itu kembali ke wilayah Papua Nugini dengan membawa Sudirman dan Badar. Kini Sudirman dan Badar telah bebas dan menjalani perawatan di rumah sakit. Mereka mendapatkan penjagaan ketat petugas Brimob selam

Indonesia Tandatangani Aplikasi Teknologi Nuklir



Wina – Indonesia diwakili oleh Batan Tenaga
Nuklir Nasional (BATAN), menandatangani
Country Program Framework (CPF) International
Atomic Energy Agency (IAEA). CPF itu terkait
aplikasi teknologi nuklir untuk tujuan damai.

Kesepakatan ini ditandatangani pada 17
September 2015 oleh Kepala BATAN Prof. Djarot
S. Wisnubroto, bersama dengan Deputy Director
General Technical Cooperation (DDG TC) dari
IAEA, Dazhu Yang. Dokumen CPF itu
ditandatangani untuk periode 2016/2020.

CPF merupakan kerangka kerja sama Indonesia
dengan IAEA yang akan digunakan sebagai acuan
dalam menyusun program dan rencana kegiatan
IAEA Technical Coperation Projects untuk
Indonesia. Penyusunan CPF mengacu kepada
program dan prioritas pembangunan nasional, dan
khusus untuk periode 2016-2020 secara
antisipatif telah pula mengakomodasi elemen-
elemen dalam Sustainable Development Goals
(SDGs).

“Dalam dokumen CPF ditetapkan tujuh area
utama kerjasama yakni pangan dan agrikultur,
kesehatan, energi, air dan lingkungan, industri
pertambangan bijih timah radioaktif dan
keamanan radiasi serta keselamatan dan
keamanan nuklir,” pernyataan Kedutaan Besar
Republik Indonesia di Wina, Australia, dalam
keterangan tertulis, Sabtu (19/9/2015).

“Kami sampaikan penghargaan atas kontribusi
dan partisipasi aktif Indonesia dalam berbagai
program kerjasama teknik IAEA. Hasil-hasil
kegiatan kerja sama dengan Indonesia tidak
hanya telah bermanfaat bagi end-users di
Indonesia namun juga telah menjadi acuan best-
practices bagi negara-negara berkembang
lainnya,” sebut DDG TC IAEA, Dazhu Yang.
Disampaikan pula bahwa Technical Cooperation
(TC) IAEA dalam berbagai kesempatan telah
meminta Indonesia untuk berbagi pengalaman
dan alih teknologi ke negara-negara berkembang
lainnya di kawasan Asia dan Afrika.

Kepala BATAN, Prof. Djarot S. Wisnubroto
menyampaikan terima kasih atas kerja sama yang
sangat produktif antara Indonesia dengan TC
IAEA. Kerja sama tersebut dinilai telah
memberikan hasil-hasil konkrit yang berdampak
positif dalam berbagai bidang pembangunan.

Indonesia akan terus melakukan penguatan
kerjasama yang telah ada, termasuk memberikan
bantuan teknik bagi negara-negara berkembang
lainnya dalam payung kerjasama Selatan-Selatan
melalui triangular mechanism dengan IAEA.

Di hari yang sama, Kepala BATAN juga
menyerahkan dokumen Nuclear Energy System
Assessment (NESA), yang merupakan hasil kajian
komprehensif terhadap program pengembangan
energi nuklir, termasuk aspek daur bahan bakar
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Kajian NESA telah dilakukan Indonesia dengan
bantuan teknis IAEA melalui program IAEA INPRO,
yang merupakan konsorsium kerjasama
melibatkan 36 negara anggota IAEA dalam
pengembangan dan inovasi teknologi PLTN.

Wilayah "Haram" Kerjasama Pertahanan dengan Australia


TSM-Indonesia memiliki wilayah "haram" untuk
kerjasama pertahanan dengan Australia.
Meskipun dalam Lombok Agreement sangat jelas
dan terang benderang bahwa wilayah tersebut

sebenarnya "halal" dan atau "dihalalkan", akan
tetapi dalam prakteknya wilayah itu oleh
Indonesia dinisbatkan sebagai "haram".

Akibatnya, sejak Lombok Agreement
ditandatangani November 2006 sampai saat ini,
salah satu bagian dari kesepakatan itu tak pernah
diimplementasikan.

Wilayah "haram" itu bernama teknologi
pertahanan. Indonesia enggan mengimplementas
ikan kerjasama teknologi pertahanan dengan
Australia karena negeri yang pernah dipimpin oleh
Tony Abbott itu ditetapkan sebagai calon musuh
potensial.

Alasan di balik penetapan calon musuh potensial
sepenuhnya dapat dipahami karena Jakarta tak
akan lupa peran Canberra pada 1999 dalam
urusan Timor Timur.

Karena dikategorikan "haram", jangankan
kerjasama teknologi pertahanan, pengadaan
sistem senjata dan sejenisnya seperti peralatan
komunikasi juga "diharamkan". Tak aneh kalau
tak ada peralatan komunikasi buatan Australia
yang digunakan oleh militer Indonesia.