Wina – Indonesia diwakili oleh Batan Tenaga
Nuklir Nasional (BATAN), menandatangani
Country Program Framework (CPF) International
Atomic Energy Agency (IAEA). CPF itu terkait
aplikasi teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Kesepakatan ini ditandatangani pada 17
September 2015 oleh Kepala BATAN Prof. Djarot
S. Wisnubroto, bersama dengan Deputy Director
General Technical Cooperation (DDG TC) dari
IAEA, Dazhu Yang. Dokumen CPF itu
ditandatangani untuk periode 2016/2020.
CPF merupakan kerangka kerja sama Indonesia
dengan IAEA yang akan digunakan sebagai acuan
dalam menyusun program dan rencana kegiatan
IAEA Technical Coperation Projects untuk
Indonesia. Penyusunan CPF mengacu kepada
program dan prioritas pembangunan nasional, dan
khusus untuk periode 2016-2020 secara
antisipatif telah pula mengakomodasi elemen-
elemen dalam Sustainable Development Goals
(SDGs).
“Dalam dokumen CPF ditetapkan tujuh area
utama kerjasama yakni pangan dan agrikultur,
kesehatan, energi, air dan lingkungan, industri
pertambangan bijih timah radioaktif dan
keamanan radiasi serta keselamatan dan
keamanan nuklir,” pernyataan Kedutaan Besar
Republik Indonesia di Wina, Australia, dalam
keterangan tertulis, Sabtu (19/9/2015).
“Kami sampaikan penghargaan atas kontribusi
dan partisipasi aktif Indonesia dalam berbagai
program kerjasama teknik IAEA. Hasil-hasil
kegiatan kerja sama dengan Indonesia tidak
hanya telah bermanfaat bagi end-users di
Indonesia namun juga telah menjadi acuan best-
practices bagi negara-negara berkembang
lainnya,” sebut DDG TC IAEA, Dazhu Yang.
Disampaikan pula bahwa Technical Cooperation
(TC) IAEA dalam berbagai kesempatan telah
meminta Indonesia untuk berbagi pengalaman
dan alih teknologi ke negara-negara berkembang
lainnya di kawasan Asia dan Afrika.
Kepala BATAN, Prof. Djarot S. Wisnubroto
menyampaikan terima kasih atas kerja sama yang
sangat produktif antara Indonesia dengan TC
IAEA. Kerja sama tersebut dinilai telah
memberikan hasil-hasil konkrit yang berdampak
positif dalam berbagai bidang pembangunan.
Indonesia akan terus melakukan penguatan
kerjasama yang telah ada, termasuk memberikan
bantuan teknik bagi negara-negara berkembang
lainnya dalam payung kerjasama Selatan-Selatan
melalui triangular mechanism dengan IAEA.
Di hari yang sama, Kepala BATAN juga
menyerahkan dokumen Nuclear Energy System
Assessment (NESA), yang merupakan hasil kajian
komprehensif terhadap program pengembangan
energi nuklir, termasuk aspek daur bahan bakar
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Kajian NESA telah dilakukan Indonesia dengan
bantuan teknis IAEA melalui program IAEA INPRO,
yang merupakan konsorsium kerjasama
melibatkan 36 negara anggota IAEA dalam
pengembangan dan inovasi teknologi PLTN.
No comments:
Post a Comment